Diam
Oleh : Ust M Arifin Ilham
Puasa adalah diam. Tentu bukan sembarang diam, bukan takut kebenaran, bukan karena bodoh, tetapi diam bernilai ibadah karena sedang berpuasa. Kalau diamnya saja bernilai ibadah, apalagi kalau beraktivitas ibadah dan beramal saleh, membaca Alquran, menuntut ilmu, sedekah, mencari nafkah yang halal, sampai berdakwah. Maka, sungguh pantaslah mereka berpuasa mendapat nilai berlipat ganda dari Allah. Subhanallah.
Diamnya orang mukmin adalah tafakur dan tadabbur; Dari mana aku ? Di mana aku ? Kemana aku akhirnya ? Rotasi dan evolusi ala mini dalam miliaran galaksi yang mencengangkan para kosmolog, renungkan inilah membuat orang beriman itu bersujud di haribaan Allah.
Allah SWT berfirman dalam
Sungguh tepat sikap Siti Maryam menghadapi fitnah dengan diam, “Sesungguhnya aku telah bernazar puasa- berdiam untuk Tuhan yang Mahakuasa maka aku tidak berbicara dengan siapapun pada hari ini.”
- qaulan sadiidan – ucapan tegas (lihat QS Al Azhab (33) : 70)
- qaulan tsaqiilan – ucapan berbobot (lihat QS Al Muzzamml (73) : 5)
- qaulan layyinan – ucapan lembut (lihat QS Al Thaahaa (20) : 44, dan
- qaulan ma’ruufan - ucapan baik, sopan (liahat QS An – Nisaa (4) : 5).
Sungguh betapa banyak orang yang diam-diam itu tatkala berbicara mengagumkan karena ia berdiam, mendengar, merenung, baru berbicara. Subhanallah.
(Sumber : Republika, tanggal 3 September 2008 / 3 Ramadhan 1429 H)
Hikmah